Bina Aqidah Shahihah, Rajut Ukhuwah Menuju Kampus Islami

Kamis, 07 Januari 2016

UMMU HABIBAH (KETEGUHAN SEORANG WANITA DALAM MENJAGA AGAMANYA)

UMMU HABIBAH, KETEGUHAN SEORANG WANITA DALAM MENJAGA AGAMANYA

           Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan Al-Qurasyiyyah radhiallahu’anha, putri Abu Sufyan yang berani meninggalkan sesembahan ayah dan kaumnya lantas memilih agama Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika kebenaran telah tampak di hadapan matanya dan hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menerangi relung hatinya. Tidak hanya itu, kenyataan pahit harus kembali diterima Abu Sufyan ketika menantunya, Ubaidullah bin Jahsy Al-Asadi, ikut menjadi pengikut Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam musuh besarnya selama ini. Semua itu seolah-olah menjadi pukulan besar bagi Abu Sufyan. Segala upaya dia kerahkan untuk membawa putri dan menantunya kembali kepada ajaran nenek moyangnya, tetapi usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil. Ummu Habibah radhiallahu’anha sedikitpun tidak bergeming dari prinsipnya, keimanan yang telah terhunjam di dalam hatinya tidak mampu dicabut dan digoyahkan dengan kekuatan serta badai kemarahan sang ayah.

Kemurkaan Abu Sufyan kepada putri dan menantunya membuat orang-orang Quraisy ikut menunjukkan kebencian mereka. Mereka mulai melancarkan gangguan, siksaan, dan penindasan kepada keduanya. Hingga tiba saatnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memberikan izin kepada kaum muslimin untuk hijrah menuju Habasyah. Ummu Habibah radhiallahu’anha dan suaminya ikut masuk dalam barisan kaum muslimin yang hijrah. Mereka meninggalkan Mekah dan pergi menuju Habasyah, negeri asing di seberang untuk menyelamatkan agama dan keimanan mereka. Sebuah ujian telah terlewati, Ummu Habibah radhiallahu’anha telah berhasil selamat dari penindasan kaumnya dan lepas dari jerat sang ayah.
Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yang berkuasa mengatur kehidupan hamba-Nya, tidak ada seorang pun yang mampu menebak ketetapan yang menjadi rahasia di sisi-Nya, dan tidak ada pula yang sanggup menolak takdir yang telah dituliskan-Nya. Tiba saatnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak untuk kembali mendatangkan cobaan yang menguji keimanan dan kesabarannya.
Keesokan harinya, apa yang dia khawatirkan menjadi kenyataan. Suaminya keluar dari Islam dan menjadi seorang Nasrani. Suami yang dicintainya, suami yang menemaninya berjuang mempertahankan agama, dan suami yang bersamanya melewati masa-masa mencekam di Mekah hingga sampai pada suasana aman di Habasyah.
Terpampang tiga pilihan di hadapannya: menjalani hidup bersama sang suami dengan melepaskan keislamannya seraya menyandang kehinaan di dunia dan di ahirat, mempertahankan prinsipnya dengan tetap tinggal di Habasyah dalam keadaan terasing tanpa kerabat dan keluarga, atau memilih kembali ke Mekah menjadi putri bangsawan yang tinggal di dalam ‘istana’ di bawah naungan sang ayah, tetapi hidup dalam keadaan terjajah agamanya.


           Untuk kesekian kali keteguhannya dalam memegang keislaman dan keimanan harus kembali teruji, dan untuk kesekian kalinya pula dia berhasil lulus dengan memilih jalan yang padanya terdapat ridha Ilahi. Ummu Habibah radhiallahu’anha bertekad untuk tetap tinggal di Habasyah menjalani hidup dalam keterasingan demi mempertahankan agamanya, dengan senantiasa berharap suatu saat nanti Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kemudahan bagi urusannya, dan mendatangkan kelapangan dari sisi-Nya.
Pada suatu hari datanglah budak wanita utusan Najasy (penguasa Habasyah) membawa kabar yang tidak terduga. Budak wanita itu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah mengirim surat kepada Raja Najasy yang di dalamnya berisi keinginan beliau untuk melamar Ummu Habibah radhiallahu’anha, sekaligus menunjuk Najasy sebagai wakil beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam melaksanakan akad nikah di Habasyah. Persiapan pernikahan segera dilakukan hingga tiba di hari yang telah dinantikan. Semua sahabat yang hijrah berkumpul menyaksikan akad pernikahan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan Ummu Habibah. Najasy menyerahhkan mahar sebesar empat ratus dinar. Mahar itu kemudian diterima oleh Kholid bin Sa’id bin Al-Ash (wakil Ummu Habibah radhiallahu’anha dalam akad pernikahan ini). Jalinan akad pernikahan ini telah menempatkan Ummu Habibah radhiallahu’anha pada derajat yang tinggi di dunia dan di akhirat. Sebuah kedudukan yang pantas diterima bagi setiap hamba yang bersabar di jalan-Nya, dan bagi setiap hamba yang mengutamakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam daripada selainnya.
Setelah akad nikah ini, Ummu Habibah radhiallahu’anha tetap tinggal di Habasyah. Hingga pada tahun ke-6 Hijriah, sang pengantin kembali ke Madinah, bertemu dengan kekasih yang dirindukannya, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Ummu Habibah radhiallahu’anha telah tiada, namun keindahan kisah hidupnya akan senantiasa menghiasi lembaran catatan sejarah manusia, dan keteguhannya dalam menjaga agama menjadi pelajaran besar bagi siapa saja yang mau mengambilnya. Maka renungkanlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kitab-Nya yang mulia,
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) menyatakan, “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3)
Wallahu a’lam bish-showab wa Huwal Muwaffiq.

Sumber: Majalah Al-Mawaddah, Edisi 8 Tahun ke-1 Rabi’ul Awal 1429H/Maret 2008 M

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Blogger templates

Total Tayangan Halaman

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

scmm

scmm

Muslimah corner

Special for Muslimah

KAJIAN JUM'AT "SENTER HATI"

Ternyata di MIPA juga ada seni. Tapi seni bukan sembarang seni. Ini seni terapi hati. Jadi, apa-apa saja sih seni terapi hati itu?
Ilmu, tips, solusi, pahala insyaa Allah kamu dapatkan. Pokoknya nggak jaman deh Galau.
Jadikan dirimu Muslimah Anti Galau.

Jangan lupa hadirkan diri dan muslimah lainnya di taman-taman Syurga "SENTER HATI" dengan tema yang menarik tiap pekannya di Gedung FF FMIPA UNM pukul 11.45!

Pengikut