Bina Aqidah Shahihah, Rajut Ukhuwah Menuju Kampus Islami

Senin, 15 Juni 2015

buletin dakwah



Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

“Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan”

Tamu agung itu sebentar lagi akan tiba, sudah siapkah kita untuk menyambutnya? Bisa jadi inilah Ramadhan terakhir kita sebelum menghadap kepada Yang Maha Kuasa. Betapa banyak orang-orang yang pada tahun kemarin masih berpuasa bersama kita, melakukan shalat tarawih dan idul fitri di samping kita, namun ternyata sudah mendahului kita dan sekarang mereka telah berbaring di ‘peristirahatan umum’ ditemani hewan-hewan tanah. Kapankah datang giliran kita?
Dalam dua buah hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan kondisi dua golongan yang saling bertolak belakang kondisi mereka dalam berpuasa dan melewati bulan Ramadhan:
Golongan pertama digambarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Golongan kedua digambarkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah), al-Hakim dan dia menshahihkannya. Al-Albani berkata: “Hasan Shahih.”
Akan termasuk golongan manakah kita? Hal itu tergantung dengan usaha kita dan taufik dari Allah Ta’ala.
Bulan Ramadhan merupakan momentum agung dari ladang-ladang yang sarat dengan keistimewaan, satu masa yang menjadi media kompetisi bagi para pelaku kebaikan dan orang-orang mulia. Oleh sebab itu, para ulama telah menggariskan beberapa kiat dalam menyongsong musim-musim limpahan kebaikan semacam ini, supaya kita turut merasakan nikmatnya bulan suci ini. Di antara kiat-kiat tersebut adalah sebagai berikut:

Kiat Pertama: Bertawakal kepada Allah Ta’ala
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Dalam menyambut kedatangan musim-musim ibadah, seorang hamba sangat membutuhkan bimbingan, bantuan dan taufik dari Allah ta’ala. Cara meraih itu semua adalah dengan bertawakal kepada-Nya.”
Oleh karena itu, salah satu teladan dari ulama salaf -sebagaimana yang dikisahkan Mu’alla bin al-Fadhl- bahwa mereka berdoa kepada Allah dan memohon pada-Nya sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba agar dapat menjumpai bulan mulia ini dan memudahkan mereka untuk beribadah di dalamnya. Sikap ini merupakan salah satu perwujudan tawakal kepada Allah.
Menghadirkan rasa tawakal kepada Allah adalah merupakan suatu hal yang paling penting untuk menyongsong musim-musim ibadah semacam ini; untuk menumbuhkan rasa lemah, tidak berdaya dan tidak akan mampu menunaikan ibadah dengan sempurna, melainkan semata dengan taufik dari Allah. Selanjutnya kita juga harus berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan supaya Allah membantu kita dalam beramal di dalamnya. Ini semua merupakan amalan yang paling agung yang dapat mendatangkan taufik Allah dalam menjalani bulan Ramadhan.
Kita amat perlu untuk senantiasa memohon pertolongan Allah ketika akan beramal karena kita adalah manusia yang disifati oleh Allah ta’ala sebagai makhluk yang lemah:
 “Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (TQS. An-Nisa: 28)
Jika kita bertawakal kepada Allah dan memohon kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi taufik-Nya pada kita.

Kiat kedua: Bertaubat Sebelum Ramadhan Tiba
Banyak sekali dalil yang memerintahkan seorang hamba untuk bertaubat, di antaranya: firman Allah Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (TQS. At Tahrim: 8)
Kita diperintahkan untuk senantiasa bertaubat, karena tidak ada seorang pun di antara kita yang terbebas dari dosa-dosa. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
 “Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan isnadnya oleh Syaikh Salim Al Hilal)
Ada suatu kesalahan yang harus diwaspadai: sebagian orang terkadang betul-betul ingin bertaubat dan bertekad bulat untuk tidak berbuat maksiat, namun hanya di bulan Ramadhan saja, setelah bulan suci ini berlalu dia kembali berbuat maksiat. Sebagaimana taubatnya para artis yang ramai-ramai berjilbab di bulan Ramadhan, namun setelah itu kembali ‘pamer aurat’ sehabis idul fitri. Ini merupakan suatu bentuk kejahilan. Seharusnya, tekad bulat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa dan berlepas diri dari maksiat, harus tetap menyala baik di dalam Ramadhan maupun di bulan-bulan sesudahnya.

Kiat Ketiga: Membentengi Puasa Kita dari Faktor-Faktor yang Mengurangi Keutuhan Pahalanya
Sisi lain yang harus mendapatkan porsi perhatian spesial, bagaimana kita berusaha membentengi puasa kita dari faktor-faktor yang mengurangi keutuhan pahalanya. Seperti menggunjing dan berdusta. Dua penyakit ini berkategori bahaya tinggi, dan sedikit sekali orang yang selamat dari ancamannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:
 “Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatannya, maka niscaya Allah tidak akan membutuhkan penahanan dirinya dari makanan dan minuman (tidak membutuhkan puasanya).” (HR. Bukhari)
Orang yang menahan lisannya dari ghibah dan matanya dari memandang hal-hal yang haram ketika berpuasa Ramadhan tanpa mengiringinya dengan amalan-amalan sunnah, lebih baik daripada orang yang berpuasa plus menghidupkan amalan-amalan sunnah, namun dia tidak berhenti dari dua budaya buruk tadi! Inilah realita mayoritas masyarakat; ketaatan yang bercampur dengan kemaksiatan.

Kiat Keempat: Memprioritaskan Amalan yang Wajib
Hendaknya orang yang berpuasa itu memprioritaskan amalan yang wajib. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah ta’ala adalah amalan-amalan yang wajib. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan dalam suatu hadits qudsi, bahwa Allah ta’ala berfirman:
“Dan tidaklah seseorang mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai daripada amalan-amalan yang Ku-wajibkan.” (HR. Bukhari)
Di antara aktivitas yang paling wajib dilaksanakan pada bulan Ramadhan adalah: mendirikan shalat berjamaah lima waktu di masjid (bagi kaum pria), berusaha sekuat tenaga untuk tidak ketinggalan takbiratul ihram. Telah diuraikan dalam sebuah hadits:
 “Barang siapa yang shalat karena Allah selama empat puluh hari dengan berjama’ah dan selalu mendapatkan takbiratul ihram imam, akan dituliskan baginya dua ‘jaminan surat kebebasan’ bebas dari api neraka dan dari nifaq.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani)
Seandainya kita termasuk orang-orang yang amalan sunnahnya tidak banyak pada bulan puasa, maka setidaknya kita berusaha untuk memelihara shalat lima waktu dengan baik, dikerjakan secara berjamaah di masjid, serta berusaha sesegera mungkin berangkat ke masjid sebelum tiba waktunya. Sesungguhnya menjaga amalan-amalan yang wajib di bulan Ramadhan adalah suatu bentuk ibadah dan taqarrub yang paling agung kepada Allah.
Sungguh sangat memprihatinkan, tatkala kita dapati orang yang melaksanakan shalat tarawih dengan penuh semangat, bahkan hampir-hampir tidak pernah absen, namun yang disayangkan, ternyata dia tidak menjaga shalat lima waktu dengan berjamaah. Terkadang bahkan tidur, melewatkan shalat wajib dengan dalih sebagai persiapan diri untuk shalat tarawih. Ini jelas-jelas merupakan suatu kejahilan dan bentuk peremehan terhadap kewajiban! Sungguh hanya mendirikan shalat lima waktu berjamaah tanpa diiringi dengan shalat tarawih satu malam, lebih baik daripada mengerjakan shalat tarawih atau shalat malam, namun berdampak menyia-nyiakan shalat lima waktu. Bukan berarti kita memandang sebelah mata terhadap shalat tarawih, akan tetapi seharusnya seorang muslim menggabungkan kedua-duanya; memberikan perhatian khusus terhadap amalan-amalan yang wajib seperti shalat lima waktu, lalu baru melangkah menuju amalan-amalan yang sunnah seperti shalat tarawih.

Kiat Kelima: Berusaha untuk Mendapatkan Lailatul Qadar
Setiap muslim di bulan berkah ini berusaha untuk bisa meraih lailatul qadar. Dialah malam diturunkannya Al-Qur’an (QS. Al-Qadar: 1, dan QS. Ad-Dukhan: 3), dialah malam turunnya para malaikat dengan membawa rahmat (QS. Al-Qadar: 4), dialah malam yang berbarakah (QS. Ad-Dukhan: 3), dialah malam yang lebih utama daripada ibadah seribu bulan! (83 tahun plus 4 bulan) (QS. Al-Qadar: 3). Barang siapa yang beribadah pada malam ini dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh-Nya (HR. Bukhari dan Muslim).
Mendengar segunung keutamaan yang dimiliki malam mulia ini, seyogyanya seorang muslim memanfaatkan kesempatan emas ini untuk meraihnya.
Di malam ke berapakah lailatul qadar akan jatuh?
Malam lailatul qadar akan jatuh pada malam-malam sepuluh akhir bulan Ramadhan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan:
 “Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tepatnya pada malam-malam yang ganjil di antara malam-malam yang sepuluh tersebut, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
 “Carilah lailatul qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Di antara hikmah dirahasiakannya waktu lailatul qadar adalah:
1.     Agar amal ibadah kita lebih banyak. Sebab dengan dirahasiakannya kapan waktu lailatul qadar, kita akan terus memperbanyak shalat, dzikir, doa dan membaca Al-Qur’an di sepanjang malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan terutama malam yang ganjil.
2.     Sebagai ujian dari Allah Ta’ala, untuk mengetahui siapa di antara para hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam mencari lailatul qadar dan siapa yang bermalas-malasan serta meremehkannya (Majaalisu Syahri Ramadhaan, karya Syaikh al-‘Utsaimin hal: 163)
                                                             
Kiat Keenam: Jadikan Ramadhan Sebagai Madrasah untuk Melatih Diri Beramal Saleh, yang Terus Dibudayakan Setelah Berlalunya Bulan Suci Ini
Bulan Ramadhan ibarat madrasah keimanan, di dalamnya kita belajar mendidik diri untuk rajin beribadah, dengan harapan setelah kita tamat dari madrasah itu, kebiasaan rajin beribadah akan terus membekas dalam diri kita hingga kita menghadap kepada Yang Maha Kuasa.
Allah Ta’ala memerintahkan:
 “Dan sembahlah Rabbmu sampai ajal datang kepadamu.” (TQS. Al-Hijr: 99)
Tatkala al-Hasan al-Bashri membaca ayat ini beliau menjelaskan,
 “Sesungguhnya Allah tidak menjadikan batas akhir bagi amal seorang Mukmin melainkan ajalnya.”
Maka jangan sampai amal ibadah kita turut berakhir dengan berakhirnya bulan Ramadhan. Kebiasaan kita untuk berpuasa, shalat lima waktu berjamaah di masjid, shalat malam, memperbanyak membaca Al-Qur’an, doa dan zikir, rajin menghadiri majelis taklim dan gemar bersedekah di bulan Ramadhan, mari terus kita budayakan di luar Ramadhan.
Merupakan ciri utama diterimanya puasa kita di bulan Ramadhan dan tanda terbesar akan keberhasilan kita meraih lailatul qadar adalah: berubahnya diri kita menjadi lebih baik daripada kondisi kita sebelum Ramadhan.
Maraji’:


Sabtu, 06 Juni 2015

Akankah sampai?

Akankah sampai?

Esok belum tentu menjadi milikmu saudari ku..
Tetaplah senantiasa istiqomah di jalan-Nya,
Jangan menunggu Ramadhan untuk memperbaiki diri,
karena esok belum tentu kita berada di dunia ini...

Jumat, 02 Januari 2015

POSITIVE THINKING

Alhamdullillah semoga kalimat syukur itu senantiasa menghias tutur kata dan langkah kita, karena kebahagian itu bukanlah ketika kita memiliki segalanya yang diinginkan tapi ketika kita mensyukuri segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita dan ukhtifillah untuk menilai diri kita lihatlah bagaimana kita istiqamah dengan apa yang kita lakukan.
Hmm…pembahasan untuk materi senter hati kali ini adalah “ POSITIVE THINKING ”
Positive thinking atau HUZNUDZAN merupakan ibadah hati yang paling jelas. Secara bahasa huznudzan itu adalah berbaik sangka dan merupakan lawan dari zuudzan atau berburuk sangka. Berprasangka baik disini yaitu dimana diri kita memikirkan apa yang baik-baiknya saja. Secara istilah huznudzan itu berharap atau raja kepada Allah Shubhana Wata'ala dan meminta ampunan-Nya. Nah jadi huznudzan itu hanya tertujuju pada Allah Shubhana Wata'ala. Dalam sebuah hadist qudsi , Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
Allah Ta'ala berfirman,"Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR. al-Bukhari dan Muslim) 

Abu al-Abbas al-Qurthubi rahimahullah berkata, dikatakan, maknanya: berperasangka (yakin) dikabulkan doa saat berdoa, diterima saat bertaubat, diampuni saat istighfar, dan berperasangka akan diterima amal-amal saat menjalankannya sesuai dengan syarat-syaratnya ; ia berpegang teguh dengan Dzat yang janji-Nya benar dan karunia-Nya melimpah.Jadi,  Allah akan memberi ampunan jika kita meminta ampunan kepadanya tapi disini tidak sekedar meminta saja namun dibarengi dengan usaha. Allah akan menerima taubat jika hambanya betul-betul bertaubat atau tidak mengulangi lagi kesalahannya. Ibnul Qayyim berkata,
 " Telah nampak jelas perbedaan antara husnudzan dengan ghurur (tipuan). Adapun Husnuzan, jika ia mengajak dan mendorong beramal, membantu dan membuat rindu padanya: maka ia benar. Jika mengajak malas dan berkubang dengan maksiat : maka ia ghurur (tipuan). Husnuzan adalah raja' (pengharapan). Siapa yang pengharapannya mendorongnya untuk taat dan menjauhkannya dari maksiat: maka ia pengharapan yang benar. Sedangkan siapa yang kemalasannya adalah raja' dan meremehkan perintah : maka ia tertipu." (Al-Jawab al-Kaafi: 24)
Tapi tidak sekedar berharap yah ukhtifillah namun harus ada usaha didalamnya karena sekecil apapun urusan itu memerlukan usaha dan  tentunya amal sholeh didalamnya.Nah adapun keutamaan huznudzan itu diantaranya
1.      Huznudzon menjadi penyebab do'a seorang hamba dikabulkan tapi disini harus ada pengharapan penuh yang didasari keyakinan penuh kepada Allah.
Dari jabir radhiallahu anhu dia berkata, Aku mendengar Nabi sallallahu’alaihi wa sallam tiga hari sebelum wafat bersabda: “Janganlah salah satu di antara kalian meninggal dunia kecuali dia berprasangka baik kepada Allah.” (HR. Muslim, 2877).

Syaikh Shalih al-Fauzan berkata, "Berhusnuzan kepada Allah harus disertai dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat. Jika tidak, ia termasuk merasa aman dari siksa Allah. Oleh sebab itu, behusnudzan kepada Allah harus disertai melaksanakan sebab-sebab kebaikan yang jelas dan mejauhi semua sebab yang menghantarkan kepada keburukan: Ini merupakan pengharapan yang terpuji. Adapun husnudzan kepada Allah dengan meninggalkan kewajiban dan menerjang keharaman: maka ia pengharapan yang tercela, itu termasuk bentuk merasa aman dari adzab Allah." (Al-Muntaqa' min Fatawa Al-Syaikh al-fauzan: 2/269)

Jadi kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang bisa membuat do’a kita tertolak agar kita bisa menjauhinya dan mencari tahu serta melakukan hal-hal agar do’a kita terkabulkan.Adapun beberapa penyebab do’a tertolak yaitu :
1.   Ketika terdapat makanan haram dalam tubuh kita maka do'a kita tidak akan diijabah
2.   Ketika maksiat masih lekat dari diri-diri kita.
Nah maka dari itu kita harus Meninggalkan maksia, berusahalah dari hal-hal kecil, dengan tidak menganggap remeh setiap perbuatan sebagaimana nasehat Luqman  kepada anaknya
(Lukman berkata): " Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” ( TQS.Luqman: 16 )

Hmm..Apakah Telinga-telinga kita mendengarkan al-Qur'an  atau justru kita memanjakannya dengan musik ?
Lisan-lisan kita apa yang telah diucapkannya? Apakah sesuatu yang bermanfaat atau malah kesia-siaan? Sudahkah senyum itu merekah untuk saudari-saudari kita ukhtifillah ketika kita bertemu dengannya? Maka dari itu kita harus senantiasa memperhatikan dan berhati-hati dalam setiap yang kita lakukan sebagaimana dalam Al-Qur’an
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” ( QS.Israa’ : 36 )
Dan senantiasalah berdo'alah kepada Allah dengan yakin. Dalam sebuah hadist
"Berdoalah kepada Allah sementara kalian yakin diijabahi." (HR. Al-Tirmidi dengan sanad shahih)
Disamping itu perbanyaklah mengingat Allah ukhtifillah karena Allah tidak akan mengabulkan do'a seorang hamba yang hatinya lalai dari mengingat-Nya.Keutamaan selanjutnya yaitu :
2.      Huznuzhan dan beramal shaleh sangat erat kaitannya.
Al-Hasan al-Bashri berkata, : "Sesungguhnya seorang mukmin selalu berhusnudzan kepada Tuhannya lalu ia memperbagus amalnya. Dan sesungguhnya seorang pendosa berpesangka buruk kepada Tuhannya sehingga ia berbuat yang buruk." (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam al-Zuhd, hal. 402)

Dan, Ibnu Qayim al Jauziyyah rahimahullah berkata : “Siapa yang dengan sungguh-sungguh memperhatikan, akan mengetahui bahwa khusnuzhan kepada Allah adalah memperbaiki amal itu sendiri. Karena yang menjadikan amal seorang hamba itu baik, adalah karena dia memperkirakan Tuhannya akan memberi balasan dan pahala dari amalannya serta menerimanya. Sehingga yang menjadikan dia beramal adalah prasangka baik itu. Setiap kali baik dalam prasangkanya, masa semakin baik pula amalnya" .Secara umum, prasangka baik akan mengantar seseorang melakukan sebab keselamatan. Sedangkan  kalau melakukan sebab kecelakaan, berarti dia tidak ada prasangka baik." (Al-Jawabu Al-Kafi, hal. 13-15 )
3.      Huznudzan salah satu sebab manusia berserah diri kepada Allah, orang yang yakin dan senantiasa huznudzan kepada allah sehingga semua hal dalam hidupnya senantiasa dikembalikan kepada Allah sebagaimana firman-Nya
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.( QS.At-Thagaabun : 11)
Maka kita sebagai seorang hamba haruslah senantiasa berhuznudsan terhadap qada’ dan qadar Allah dalam hidup kita karena sebagaimanapu indahnya rencana manusia ,rencana Allah adalah yang terindah dan terbaik tentunya untuk diri-diri kita bukankah segala hal dalam hidup ini itu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya..
Sebagimana firman-Nya
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” ( QS.Al-Baqarah : 216 )
Oleh sebab itu syukurilah semua pemberiannya dan berprasangka baiklah terhadap segala ketetapan-Nya untuk diri-diri kita karena akan ada hikmah dari setiap peristiwa

Tips untuk senantiasa berhuznuzan
1.      Memperbaiki hubungan kita denga Allah
2.      Perkhusyu ibadah kita kepada-Nya
3.      Senantiasa memperbaiki tingkat kualitas diri dan berusaha melakukan yang terbaik disetiap langkah-langkah kita dengan senantiasa berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah
4.      Memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, pererat hubungan silaturahmi, meminta dan memberi maaf
5.      Ikhlas dan jujur,Ikhlas dengan semuanya.Ikhlaskan semua amalan hanya karena Allah , jujur bahwa diri kita ini lemah dihadapan Allah sertakan Allah disetiap lanhgkah-langkah kita

Jadi ukhtifillah Sebuah perkara dalam hidup apapun itu sandarkan kepada Allah berikan keyakinan total kepada Allah tapi tentunya disertai usaha didalamnya dan dengan senantiasa berhuznudsan kepada-Nya


*Senter Hati 20 Juni 2014 FF 205 FMIPA UNM

*www.voa-islam.com “Hakikat Huznudzan Kepada Allah”Alhamdullillah semoga kalimat syukur itu senantiasa menghias tutur kata dan langkah kita, karena kebahagian itu bukanlah ketika kita memiliki segalanya yang diinginkan tapi ketika kita mensyukuri segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita dan ukhtifillah untuk menilai diri kita lihatlah bagaimana kita istiqamah dengan apa yang kita lakukan.
Hmm…pembahasan untuk materi senter hati kali ini adalah “ POSITIVE THINKING ”
Positive thinking atau HUZNUDZAN merupakan ibadah hati yang paling jelas. Secara bahasa huznudzan itu adalah berbaik sangka dan merupakan lawan dari zuudzan atau berburuk sangka. Berprasangka baik disini yaitu dimana diri kita memikirkan apa yang baik-baiknya saja. Secara istilah huznudzan itu berharap atau raja kepada Allah Shubhana Wata'ala dan meminta ampunan-Nya. Nah jadi huznudzan itu hanya tertujuju pada Allah Shubhana Wata'ala. Dalam sebuah hadist qudsi , Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :
Allah Ta'ala berfirman,"Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR. al-Bukhari dan Muslim) 

Abu al-Abbas al-Qurthubi rahimahullah berkata, dikatakan, maknanya: berperasangka (yakin) dikabulkan doa saat berdoa, diterima saat bertaubat, diampuni saat istighfar, dan berperasangka akan diterima amal-amal saat menjalankannya sesuai dengan syarat-syaratnya ; ia berpegang teguh dengan Dzat yang janji-Nya benar dan karunia-Nya melimpah.Jadi,  Allah akan memberi ampunan jika kita meminta ampunan kepadanya tapi disini tidak sekedar meminta saja namun dibarengi dengan usaha. Allah akan menerima taubat jika hambanya betul-betul bertaubat atau tidak mengulangi lagi kesalahannya. Ibnul Qayyim berkata,
 " Telah nampak jelas perbedaan antara husnudzan dengan ghurur (tipuan). Adapun Husnuzan, jika ia mengajak dan mendorong beramal, membantu dan membuat rindu padanya: maka ia benar. Jika mengajak malas dan berkubang dengan maksiat : maka ia ghurur (tipuan). Husnuzan adalah raja' (pengharapan). Siapa yang pengharapannya mendorongnya untuk taat dan menjauhkannya dari maksiat: maka ia pengharapan yang benar. Sedangkan siapa yang kemalasannya adalah raja' dan meremehkan perintah : maka ia tertipu." (Al-Jawab al-Kaafi: 24)
Tapi tidak sekedar berharap yah ukhtifillah namun harus ada usaha didalamnya karena sekecil apapun urusan itu memerlukan usaha dan  tentunya amal sholeh didalamnya.Nah adapun keutamaan huznudzan itu diantaranya
1.      Huznudzon menjadi penyebab do'a seorang hamba dikabulkan tapi disini harus ada pengharapan penuh yang didasari keyakinan penuh kepada Allah.
Dari jabir radhiallahu anhu dia berkata, Aku mendengar Nabi sallallahu’alaihi wa sallam tiga hari sebelum wafat bersabda: “Janganlah salah satu di antara kalian meninggal dunia kecuali dia berprasangka baik kepada Allah.” (HR. Muslim, 2877).

Syaikh Shalih al-Fauzan berkata, "Berhusnuzan kepada Allah harus disertai dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat. Jika tidak, ia termasuk merasa aman dari siksa Allah. Oleh sebab itu, behusnudzan kepada Allah harus disertai melaksanakan sebab-sebab kebaikan yang jelas dan mejauhi semua sebab yang menghantarkan kepada keburukan: Ini merupakan pengharapan yang terpuji. Adapun husnudzan kepada Allah dengan meninggalkan kewajiban dan menerjang keharaman: maka ia pengharapan yang tercela, itu termasuk bentuk merasa aman dari adzab Allah." (Al-Muntaqa' min Fatawa Al-Syaikh al-fauzan: 2/269)

Jadi kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang bisa membuat do’a kita tertolak agar kita bisa menjauhinya dan mencari tahu serta melakukan hal-hal agar do’a kita terkabulkan.Adapun beberapa penyebab do’a tertolak yaitu :
1.   Ketika terdapat makanan haram dalam tubuh kita maka do'a kita tidak akan diijabah
2.   Ketika maksiat masih lekat dari diri-diri kita.
Nah maka dari itu kita harus Meninggalkan maksia, berusahalah dari hal-hal kecil, dengan tidak menganggap remeh setiap perbuatan sebagaimana nasehat Luqman  kepada anaknya
(Lukman berkata): " Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” ( TQS.Luqman: 16 )

Hmm..Apakah Telinga-telinga kita mendengarkan al-Qur'an  atau justru kita memanjakannya dengan musik ?
Lisan-lisan kita apa yang telah diucapkannya? Apakah sesuatu yang bermanfaat atau malah kesia-siaan? Sudahkah senyum itu merekah untuk saudari-saudari kita ukhtifillah ketika kita bertemu dengannya? Maka dari itu kita harus senantiasa memperhatikan dan berhati-hati dalam setiap yang kita lakukan sebagaimana dalam Al-Qur’an
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” ( QS.Israa’ : 36 )
Dan senantiasalah berdo'alah kepada Allah dengan yakin. Dalam sebuah hadist
"Berdoalah kepada Allah sementara kalian yakin diijabahi." (HR. Al-Tirmidi dengan sanad shahih)
Disamping itu perbanyaklah mengingat Allah ukhtifillah karena Allah tidak akan mengabulkan do'a seorang hamba yang hatinya lalai dari mengingat-Nya.Keutamaan selanjutnya yaitu :
2.      Huznuzhan dan beramal shaleh sangat erat kaitannya.
Al-Hasan al-Bashri berkata, : "Sesungguhnya seorang mukmin selalu berhusnudzan kepada Tuhannya lalu ia memperbagus amalnya. Dan sesungguhnya seorang pendosa berpesangka buruk kepada Tuhannya sehingga ia berbuat yang buruk." (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam al-Zuhd, hal. 402)

Dan, Ibnu Qayim al Jauziyyah rahimahullah berkata : “Siapa yang dengan sungguh-sungguh memperhatikan, akan mengetahui bahwa khusnuzhan kepada Allah adalah memperbaiki amal itu sendiri. Karena yang menjadikan amal seorang hamba itu baik, adalah karena dia memperkirakan Tuhannya akan memberi balasan dan pahala dari amalannya serta menerimanya. Sehingga yang menjadikan dia beramal adalah prasangka baik itu. Setiap kali baik dalam prasangkanya, masa semakin baik pula amalnya" .Secara umum, prasangka baik akan mengantar seseorang melakukan sebab keselamatan. Sedangkan  kalau melakukan sebab kecelakaan, berarti dia tidak ada prasangka baik." (Al-Jawabu Al-Kafi, hal. 13-15 )
3.      Huznudzan salah satu sebab manusia berserah diri kepada Allah, orang yang yakin dan senantiasa huznudzan kepada allah sehingga semua hal dalam hidupnya senantiasa dikembalikan kepada Allah sebagaimana firman-Nya
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.( QS.At-Thagaabun : 11)
Maka kita sebagai seorang hamba haruslah senantiasa berhuznudsan terhadap qada’ dan qadar Allah dalam hidup kita karena sebagaimanapu indahnya rencana manusia ,rencana Allah adalah yang terindah dan terbaik tentunya untuk diri-diri kita bukankah segala hal dalam hidup ini itu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya..
Sebagimana firman-Nya
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” ( QS.Al-Baqarah : 216 )
Oleh sebab itu syukurilah semua pemberiannya dan berprasangka baiklah terhadap segala ketetapan-Nya untuk diri-diri kita karena akan ada hikmah dari setiap peristiwa

Tips untuk senantiasa berhuznuzan
1.      Memperbaiki hubungan kita denga Allah
2.      Perkhusyu ibadah kita kepada-Nya
3.      Senantiasa memperbaiki tingkat kualitas diri dan berusaha melakukan yang terbaik disetiap langkah-langkah kita dengan senantiasa berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah
4.      Memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, pererat hubungan silaturahmi, meminta dan memberi maaf
5.      Ikhlas dan jujur,Ikhlas dengan semuanya.Ikhlaskan semua amalan hanya karena Allah , jujur bahwa diri kita ini lemah dihadapan Allah sertakan Allah disetiap lanhgkah-langkah kita

Jadi ukhtifillah Sebuah perkara dalam hidup apapun itu sandarkan kepada Allah berikan keyakinan total kepada Allah tapi tentunya disertai usaha didalamnya dan dengan senantiasa berhuznudsan kepada-Nya


*Senter Hati 20 Juni 2014 FF 205 FMIPA UNM
*www.voa-islam.com “Hakikat Huznudzan Kepada Allah”

Popular Posts

Blogger templates

Total Tayangan Halaman

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

scmm

scmm

Muslimah corner

Special for Muslimah

KAJIAN JUM'AT "SENTER HATI"

Ternyata di MIPA juga ada seni. Tapi seni bukan sembarang seni. Ini seni terapi hati. Jadi, apa-apa saja sih seni terapi hati itu?
Ilmu, tips, solusi, pahala insyaa Allah kamu dapatkan. Pokoknya nggak jaman deh Galau.
Jadikan dirimu Muslimah Anti Galau.

Jangan lupa hadirkan diri dan muslimah lainnya di taman-taman Syurga "SENTER HATI" dengan tema yang menarik tiap pekannya di Gedung FF FMIPA UNM pukul 11.45!

Pengikut